Di samping penyiraman dengan air secara rutin, bibit harus dijaga jangan sampai kering. Oleh karena itu perlu diupayakan pemupukan lewat daun untuk memacu perkembangan bibit. Di samping itu perlu juga disemprot dengan larutan obat penjaga mutu bibit bersamaan dengan pupuk daun tadi. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan menggunakan penyemprot yang berujung semprotan halus hingga air yang disemprotkan akan berbentuk kabut air. Usahakan penyemprotan dapat mengenai seluruh tanaman yang ada sampai basah. Penyemprotan hendaknya dilakukan secara periodik setiap 3 hari sekali. Bibit yang mendapat penyemprotan secara rutin akan cepat berkembang sehingga dalam usia 14 hari sudah dapat dipindahkan ke lapangan.
Formula pupuk dan obat yang digunakan pada tiap kali periode penyemprotan adalah sebagai berikut:
PUPUK DAUN
- Berupa kristal ataupun serbuk:
Dosis: Tiga perempat sendok makan untuk setiap 14-17 liter air pelarut.
- Pupuk daun cair:
Dosis: 8 cc untuk setiap 14-17 liter air pelarut.
Pupuk daun dapat dipilih dari berbagai macam merk, yang mempunyai kandungan unsur N (Nitrogen) tinggi.
INSEKTISIDA
Insektisida dapat dipilih dari berbagai macam merk, baik berupa insektisida kontak maupun insektisida sistemik yang berbentuk cairan ataupun serbuk.
Dosis: 10 cc setiap 14-17 liter air pelarut.
FUNGISIDA
Fungisida dapat dipilih dari berbagai macam merk, baik yang berbentuk serbuk maupun cairan.
Dosis:
Fungisida serbuk : 1 sendok makan peres untuk setiap 14-17 liter air pelarut.
Fungisida cairan : 2 sendok makan peres untuk setiap 14-17 liter air pelarut
Ketiga macam bahan tadi kita aduk terlebih dahulu dalam sebuah ember kecil, kemudian kita masukkan ke dalam tangki sprayer dan kita tuangi dengan air bersih sampai jumlahnya 14-17 liter, tergantung kapasitas tangki sprayer (biasanya tangki sprayer punggung berkapasitas muat antara 14-17 liter air). Kemudian dosis obat atau pun pupuk disesuaikan dengan kapasitas sprayer tadi.
Penggunaan obat untuk setiap kali penyemprotan sebaiknya menggunakan obat yang berlainan untuk menghindari kemungkinan adanya kekebalan hama dan penyakit terhadap salah satu bahan aktif dari obat. Sebagai patokan penyemprotan, Pak HaBe sajikan contoh formulasi obat untuk penyemprotan bibit sebagai berikut:
Usia bibit 6 hari.
Untuk setiap 14-17 liter air pelarut dapat dilarutkan bahan:
- 10 cc (ml) insektisida cair Lannate L.
- 2 sendok makan peres fungisida cair Ditblalhan 4 F.
- 7 sendok makan pupuk daun serbuk Topsil D.
Usia bibit 9 hari.
Untuk setiap 14-17 liter air pelarut, dilarutkan bahan:
- 10 cc (ml) insektisida cair Supracide 45 EC.
- 1 sendok makan peres fungisida serbuk Benlate.
- 4 sendok makan pupuk daun serbuk Topsil D.
Usia bibit 12 hari.
Untuk setiap 14-17 liter air pelarut dapat dilarutkan bahan:
- 10 cc (ml) insektisida cair Hostalhion 40 EC.
- 1,5 sendok makan peres fungisida bubuk dilhane 45 M.
- 5 sendok makan pupuk daun serbuk Topsil D.
Perlu diketahui, pada masa pembibitan ini, penyemprotan yang dilakukan belum menggunakan bahan perata dan pelekat, sebab kondisi tanaman yang masih rapuh. Pemaksaan penggunaan bahan tersebut terkadang justru menyebabkan rusaknya bibit yang kita tanam.
Bila benih yang akan ditanam pada areal penanaman dipilih dari benih semangka jenis triploid (non biji) dianjurkan pula untuk menanam juga sedikit semangka jenis haploid (berbiji). Mengingat bunga jantan semangka jenis triploid, tepung sarinya tidak mengandung bibit (mandul), sehingga untuk perkawinan buatan nanti kita harus menggunakan bunga jantan lain yang tepung sarinya tumbuh sempurna (ferlil). Bunga jantan demikian dimiliki oleh semangka jenis Haploid. Banyaknya kebutuhan benih semangka haploid adalah sebanyak 0,5% dari banyaknya benih triploid yang disiapkan.
Daya tumbuh tanaman semangka jenis haploid lebih pesat pertumbuhannya, maka masa pembibitan benih ini hendaknya berselang 7 sampai 10 hari setelah benih triploid disemaikan. Jadi tidak bersamaan waktu penyemaiannya. Dalam praktik di lapangan, ternyata tanaman semangka jenis haploid juga kurang bertahan bila penanamannya diatur berseling dengan jenis tanaman semangka triploid.
Penanaman yang diatur demikian justru sering menularkan bibit penyakit pada tanaman triploid yang masih dalam masa pertumbuhan buahnya. Berdasarkan kenyataan tersebut, sebaiknya tanaman semangka haploid ini ditanam secara tersendiri pada suatu bedengan khusus yang terletak di pinggir areal penanaman. Sedangkan cara pembenihan biji sama halnya dengan cara pembenihan yang telah Pak HaBe uraikan sebelumnya.
Pemilihan pestisida dan fungisida yang akan dicampur, hendaknya disesuaikan dengan petunjuk pada wadah masing-masing obat.
Belum ada tanggapan untuk " Pemeliharaan Bibit Semangka "
Post a Comment
Pergunakan kotak komentar ini dengan bijak :)