Areal penanaman yang telah kita tentukan harus kita persiapkan dengan baik. Bila areal tersebut berupa tanah kebun, tanaman terdahulu yang masih tumbuh perlu kita bersihkan dulu, terlebih bila areal tersebut bekas ditanami pepohonan yang berakar dan berbatang keras. Tanaman demikian perlu kita bongkar sampai benar-benar bersih dari tunggul tanaman yang mengganggu. Bila kita menggunakan lahan pada areal persawahan, tanah tersebut perlu dibiarkan kering dulu beberapa hari sampai tanah mudah dicangkul.
Selanjutnya kita lakukan beberapa pengujian terhadap tanah di areal penanaman. Caranya adalah sebagai berikut:
- Ambil gumpalan-gumpalan tanah dari beberapa tempat.
- Gumpalan tanah tersebut selanjutnya kita campur sampai rata.
Lalu kita ambil segumpal campuran tanah tersebut dan dilarutkan (dicampur air) dalam suatu wadah yang mampu memuat 300 cc cairan. Dianjurkan untuk menggunakan wadah yang lembus pandang dan telah dicuci bersih untuk mempermudah pengamalan.
- Air pelarutnya paling baik menggunakan air suling (aquadestilala), tetapi air ledeng pun dapat digunakan demikian juga dengan air sumur, asalkan air pelarut tadi bebas rasa dan tidak berbau supaya tidak mempengaruhi hasil pengamatan kita.
- Tanah tadi diaduk merata dalam wadah berisi air suling, lalu biarkan selama beberapa menit sampai suspensi tanah mengendap sehingga di atas endapan air pelarut terlihat jernih kembali.
- Selanjutnya pada air tersebut kita celupkan kertas lakmus ataupun batang pengukur pH meter, kemudian kita baca skala yang ditunjukkan oleh alat tersebut untuk mengetahui besarnya pH (derajad keasaman tanah). Hal ini perlu dilakukan karena erat kaitannya dengan penghitungan jumlah pupuk, terutama kapur yang harus kita pergunakan.
Sobat juga harus mengetahui bagaimana cara penggunaan pH meter, berikut caranya, cekidot:
- Pastikan batere sumber daya alat masih stabil arusnya.
- Pastikan alat masih bekerja normal dengan jalan menguji, misalnya: batang alat dicelupkan ke dalam larutan cuka dapur, amati apakah jarum meter masih menunjukkan perubahan. Seharusnya skala meter menunjukkan angka kecil (di bawah angka 7), karena cuka bersifat asam.
- Setelah yakin bahwa alat masih bekerja, cucilah batang pengukur sampai bersih dari cuka.
- Celupkan batang pengukur dari alat ke dalam larutan suspensi tanah yang kita buat tadi. Catatlah angka yang ditunjukkan oleh meter.
- Untuk memastikan hasil pengujian kita, lakukan cara serupa terhadap beberapa larutan suspensi tanah. Kemudian kita buat suatu tabel untuk menemukan angka rata-rata yang terbaca pada
skala alat.
Cara penggunaan kertas lakmus untuk maksud serupa adalah sebagai berikut:
- Persiapkan kertas lakmus (kertas indikator pH). Kertas ini dapat dibeli di toko alat laboratorium ataupun apotik besar. Bentuknya berupa gulungan kertas ataupun potongan kertas seperti pita. Pada wadahnya terdapat diagram warna-warna berikut nomer-nomer inden.
- Ambil kertas indikator tersebut dengan menggunakan tangan yang bersih dan kering, kira-kira 4 cm. Ujungnya kita celupkan ke dalam suspensi tanah yang telah kita persiapkan.
- Tunggulah beberapa saat sampai tidak terjadi perubahan warna lagi pada kertas tersebut (proses demikian hanya berlangsung selama beberapa detik saja).
- Kertas indikator yang telah berubah warna dicocokkan warnanya dengan diagram warna pada wadah kertas indikator tersebut. Lalu bacalah angka yang tertera pada diagram warna yang sesuai dengan kertas indikator tadi. Bilangan tersebut merupakan bilangan pH dari tanah yang kita larutkan tadi.
- Agar lebih pasti, hasil pengujian tersebut sebaiknya dilakukan beberapa kali, seperti langkah yang diterapkan pada pengujian pH dengan alat listrik.
Tujuan pemakaian aquadestilata sebagai pelarut adalah untuk menjamin kepastian pengukuran pH tanah. Mengingat pH normal air suling adalah 7. Lain halnya bila kita menggunakan sembarang air. Bila air pelarut tersebut ternyata bersuasana alkalis (memiliki pH kurang atau lebih dari 7), maka hasil pengukuran akan menjadi kabur. Pada pH meter semi otomatis; pada keadaan non aktif, jarum skala berada pada angka 7. Hal ini ada kemungkinan meter jarumnya tidak bergerak, sewaktu kita operasikan.
Sering terjadi pada penggunaan kertas lakmus, kertas indikator tidak mengalami perubahan warna, karena kebetulan warna yang ditunjukkan untuk bilangan tertentu sama dengan warna dasar kertas indikator. Angka pH dari tanah pada areal yang akan kila kerjakan, kita catat untuk penghitungan jumlah kapur yang kita butuhkan, yang akan dibicarakan pada bab selanjutnya.
PROSES PERSIAPAN LAHAN
Sebelum penanaman semangka kita mulai, lahan yang akan kita tanami harus kita persiapkan dengan baik. Tahap-tahap persiapan lahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap pembalikan tanah
Maksud pembalikan tanah di sini adalah untuk menghancurkan tanah hingga menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Untuk membentuk bongkahan tanah tersebut dapat menggunakan traktor tangan, dibajak dengan hewan penarik ataupun dibalik dengan cangkul.
Pembalikan tanah harus merata pada seluruh areal penanaman. Pada tahap ini, tunggul bekas batang ataupun jaringan perakaran tanaman terdahulu harus dibuang keluar dari areal penanaman. Demikian pula bebatuan yang mungkin ada harus dibuang.
2. Tahap pembentukan bedengan
Tanaman semangka mutlak membutuhkan bedengan supaya air yang terkandung di dalam tanah lebih mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang kita buat.
Jumlah bedengan bergantung pada jumlah baris tanam yang dikehendaki oleh petani. Sedangkan bentuk-bentuk bedengan dapat mengikuti salah satu dari pola berikut ini:
a. Bedengan dengan baris tanaman ganda
Panjang bedengan : Mengikuti panjangnya areal penanaman.
Letak bedengan : Melintang pada areal penanaman.
Lebar bedengan : 7-8 meter, tergantung tebal-tipisnya tinggi bedengan.
Tinggi bedengan : Minimum 20 cm.
Keuntungan pola bentuk bedengan seperti ini adalah:
- Pembentukan bedengan relatif cepat karena sekaligus dapat memuat dua baris tanaman
- Perawatan tanaman saat penyemprotan obat ataupun pupuk daun dapat mencapai 2 baris tanaman sekaligus hingga waktu yang dipergunakan lebih efisien.
- Tidak terlalu banyak areal yang tidak produktif.
Kerugian pola bentuk bedengan seperti ini adalah:
- Pengerjaan pemangkasan sulur harus hati-hati, jangan sampai keliru memotong cabang lateral yang baru tumbuh pada baris tanaman di lain sisi, mengingat pada bedengan berbentuk demikian, ujung-ujung sulur tanaman sering bersilangan dan tumpang tindih.
- Risiko kerusakan tanaman akibat terinjak sewaktu melakukan penyerbukan buatan lebih besar.
b. Bedengan dengan baris tanam tunggal
Panjang bedengan: Mengikuti panjangnya areal penanaman.
Letak bedengan : Melintang pada areal penanaman
Lebar bedengan : 3,5-4 meter tergantung tebal-tipisnya tinggi bedengan.
Tinggi bedengan : Minimum 20 cm.
Keuntungan pola bentuk bedengan demikian adalah:
- Risiko kerusakan tanaman akibat terinjak sewaktu melakukan penyerbukan buatan lebih kecil, karena tanaman tidak bersilangan dari dua arah.
- Pemangkasan sulur dan cabang lateral lebih mudah dilakukan tanpa risiko salah potong.
Kerugian pola bentuk bedengan demikian adalah:
- Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk bedengan lebih lama, sebab lebih banyak saluran drainase pada setiap baris bedengan, yang berarti lebih banyak kerja pencangkulan yang harus dilakukan.
- Relatif lebih banyak bagian areal penanaman yang tidak produktit, tidak bisa ditanami, karena dijadikan saluran drainase (jalan perawatan tanaman).
- Waktu yang dibutuhkan untuk menyemprot tanaman dengan larutan obal dan pupuk lebih lama, sebab pada tiap bedengan hanya ada satu baris tanam
Belum ada tanggapan untuk " Persiapan Lahan Untuk Budidaya Semangka bag. Pertama "
Post a Comment
Pergunakan kotak komentar ini dengan bijak :)